Yuk, Belajar mengenal analisis fundamental bareng mimin
Yuk, Belajar mengenal analisis fundamental bareng Mimin.
Kali ini Mimin akan mencoba menyederhanakan pengertian beberapa istilah-istilah fundamental perusahaan, kalo agan ada kalimat yang lebih sederhana lagi boleh kok post di komentar.
Biasanya seorang investor dalam menganalisa laporan keuangan perusahaan yang telah di susun oleh manajemen (Jadi agan gak usah nyusun lagi, agan Cuma baca aja) melalui beberapa rasio. Rasio ini adalah alat yang di pergunakan oleh investor untuk menilai sehat atau tidaknya suatu perusahaan untuk dibeli.
Yang pertama itu adalah EPS (Earning Per Share), Apa sih EPS itu? EPS adalah rasio yang di gunakan oleh para investor untuk melihat laba yang di hasilkan oleh suatu perusahaan selama periode laporan keuangan (biasanya 1 tahun) per lembar saham nya.
Yang kedua itu adalah PER (Price Earning Ratio), Apa sih PER itu? PER adalah Rasio yang sangat sederhana dan paling sering digunakan oleh para Investor untuk melihat seberapa tinggi harga suatu saham apabila di bandingkan dengan laba yang dihasilkan per lembar saham. Artinya PER ini di artikan antara harga suatu saham di pasar dengan EPS nya. Investor juga biasa menyebut PER sebagai indikator seberapa mahal saham. Biasanya satuannya adalah kali (perkalian). Contoh: PER 1x artinya harga sahamnya sama dengan laba yang di hasilkan, jika PER 2x artinya harga sahamnya sudah dua kali lipat dengan harga sahamnya.
Kemudian berapa angka pastinya untuk EPS dan PER yang baik min? Untuk EPS namanya aja laba gan, semakin besar semakin baik, no limit.
Untuk PER, secara logika perbandingan sebelumnya, semakin kecil semakin bagus. Berapa kali PER bisa dikatakan sudah mahal? Nah kalau yang ini kita kembalikan ke sudut pandang investor masing-masing. Ada yang bilang 15x masih wajar tapi kalau sudah 20x atau di atasnya sudah mahal. Tapi ada pula yang mengatakan kalau selama dia masih ada di perusahaan sejenis maka tidak masalah.
Rasio selanjutnya adalah PBV (Price Book Value). Sederhananya PBV adalah perbandingan harga yang ada di pasar dengan Book Value perusahaan. Book Value juga bisa di artikan sebagai nilai jual sesungguhnya dari suatu perusahaan pada saat dia dilikuidasi atau di bangkrut kan setelah dikurangi utang yang dimilikinya. Rasio ini juga seringkali di pergunakan oleh investor untuk menilai harga wajar suatu perusahaan. PBV= 1x artinya harga pasarnya sama dengan nilai sesungguhnya. Semakin kecil Rasio ini semakin baik.
Rasio ke empat itu adalah ROE (Return On Equity) atau laba terhadap modal sendiri. Rasio ini seringkali di pergunakan oleh para investor dalam menilai seberapa efisien manajemen perusahaan dalam menghasilkan laba dengan modal sendiri yang telah di berikan oleh para pemegang sahamnya tanpa memperhitungkan utang dan lain-lain. ROE sebesar 10% artinya manajemen bisa menghasilkan modal sendiri yang di setor oleh para pemegang saham dalam waktu 10 Tahun (akumulasi 100%). Semakin besar rasio ini maka akan semakin besar efisiensi suatu perusahaan. Bahkan ada yang menggunakan rasio ini sebagai tolak ukur prospek perusahaan kedepannya. PER yang tinggi sering kali di maafkan oleh ROE yang tinggi pula.
Rasio yang ke lima itu adalah DER (Debt Equity Ratio) Dari namanya saja sudah ketahuan, Rasio ini di gunakan oleh para investor untuk melihat seberapa besar resiko perusahaan. DER membandingkan antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendirinya. Secara logika, perusahaan yang memiliki hutang yang jauh lebih besar daripada modal sendirinya akan semakin tinggi resikonya. Ingin punya perusahaan yang resikonya banyak atau sedikit? Kembali ke pribadi anda masing-masing.
Rasio yang ke enam adalah Dividen Yield atau DY, DY biasanya dipergunakan oleh investor jangka panjang yang mengharapkan bagi hasil (Dividen) dari perusahaan terbuka. DY juga bisa mengukur seberapa royal Mayoritas Pemegang Saham (MPS) yang menguasai perusahaan terhadap pemegang saham publik. DY membandingkan antara harga yang di bayar oleh investor dengan dividen yang dibagikan oleh Mayoritas Pemegang Saham. Umunya ukuran royal atau tidaknya suatu perusahaan di patok oleh investor dengan minimal 3% secara rata-rata pertahun. Semakin tinggi angka DY maka akan semakin Royal pula MPS (Harus dilihat dari tahun ke tahun).
Sebenarnya ke enam rasio yang telah di sebutkan hanyalah alat sederhana untuk menilai suatu perusahaan, layaknya kita mengevaluasi suatu bisnis yang akan kita beli (Tentunya dengan periode tahun ke tahun).
Kesimpulannya adalah:
1. Ketika kita ingin mengetahui berapa besar labanya, kita bisa liat EPS nya.
2. Ketika kita ingin mengetahui seberapa wajar harga yang di tawarkan, kita liat PER dan PBV nya.
3. Ketika kita ingin mengetahui efisiensi manajemennya, kita bisa lihat ROE nya.
4. Ketika kita ingin mengetahui resiko perusahaannya, kita bisa lihat DER nya.
5. Ketika kita ingin mengetahui seberapa royal partner bisnis kita di perusahaan tersebut, kita bisa lihat Dividen Yield atau DY nya.
Di dalam Dunia saham, pelaku industri membagi 3 jenis lapis saham, yaitu:
• Lapis pertama atau Blue Chip
• Lapis kedua atau second liner
• Lapis ketiga atau third liner
Saham lapis pertama atau sering di sebut juga Blue Chip terdiri dari perusahaan-perusahaan yang memimpin industri nya dan secara fundamental sangat bagus, manajemen yang mengelola kredibel dan Prospek kedepannya sangat menjanjikan. Contoh di Consumer Goods ada Unilever, Indofood CBP. Di perbankan ada BCA, BRI, BNI, BTN, dll. Saham-saham ini cocok untuk pemula investor jangka panjang maupun trading jangka pendek.
Saham lapis kedua atau sering di sebut second liner terdiri atas perusahaan yang berada 1 level dibawah blue chip, secara fundamental baik namun secara market masih berada di bawah blue chip, Harga pun masih lebih rendah di bawah blue chip, oleh karenanya sering disebut sebagai saham-saham salah harga. Untuk menemukan saham ini di butuhkan ketekunan yang lebih tinggi dan periode investasi yang lebih lama. Contoh di industri perbankan ada BTN, Permata, Panin, dll. (DISCLAIMER ON).
Saham lapis ketiga atau sering disebut Third Liner teridiri dari perusahaan yang secara fundamental kurang bagus dibanding saham lapis lainnya dan secara harga pun sangat rendah. Memiliki kapitalisasi pasar yang sangat rendah pula sehingga banyak investor yang menyebutnya sebagai saham gorengan dikarenakan dapat naik dan turun dengan range yang sangat tinggi dalam jangka pendek seperti gorengan. Saham jenis ini tidak cocok di simpan jangka panjang namun sangat disukai oleh spekulan dan investor yang telah lama berkecimpung dalam dunia saham dan senang trading serta memiliki jam terbang yang tinggi. Akan tetapi untuk pemula, Mimin menyarankan tidak ikut-ikutan, kecuali agan mempunyai jantung yang kuat, namanya aja gorengan pasti “kolestrol” nya tinggi.
Lebih konkrit lagi, saat ini sebagian besar pelaku pasar mengkategorikan ketiga lapis saham sebagai berikut:
• Lapis pertama untuk perusahaan dengan market cap (nilai pasar) lebih dari 50T.
• Lapis kedua untuk perusahaan dengan market cap (nilai pasar) diantara 10-50T.
• Lapis ketiga untuk market cap yang jauh dibawah kedua kategori di atas.
Sebenarnya analisa fundamental untuk baca keuangannya itu sederhana, asal kita bisa menterjemahkan istilahnya kedalam bahasa bisnis sederhana (Indonesia). Orang awam sekalipun sangat bisa membacanya (karena memang dibuat untuk pemegang saham, bukan untuk pemegang saham yang tau ekonomi aja).
Caranya gampang, layaknya bisnis. Yang harus diperhatikan adalah ujung atas dan ujung bawah dari laporan tersebut yakni penjualan dan laba. Keduanya harus konsisten, artinya apabila penjualan naik maka laba juga seharusnya naik dan sebaliknya. Kalau tidak sinkron maka ada yang salah di antara kedua row tersebut, barulah kita bedah satu persatu dimana letak salahnya dengan membandingkan dari tahun ke tahun (minimal 5 tahun) atau dengan perusahaan sejenis industri nya.
Data-data laporan keuangan ini bisa agan dapatkan di website https://idx.co.id di bagian perusahaan tercatat atau di TICMI, atau bisa juga datang langsung ke kantor perwakilan BEI dan Galeri Investasi di Kampus-kampus.
Next, Mimin akan jelaskan dan memberikan contoh laporan keuangan dari salah satu Perusahaan yang ada di Indonesia. Mimin akan ambil satu contoh perusahaan consumer Goods. Agan agan reader juga boleh request kok melalui pertanyaan.
Komentar
Posting Komentar